Industri minyak dan gas adalah salah satu sektor dengan risiko terbesar yang dapat mempengaruhi keselamatan pekerja, lingkungan, dan keberlanjutan bisnis.
Tanpa sertifikasi ISO, perusahaan bisa menghadapi bahaya yang tidak hanya merugikan finansial, tapi juga berpotensi merusak reputasi dan menghadirkan ancaman hukum.
Dari ledakan yang mematikan hingga pencemaran lingkungan yang luas, setiap kesalahan dalam operasional bisa berakibat fatal.
Dalam situasi yang penuh tantangan ini, sertifikasi ISO menjadi lebih dari sekedar formalitas, namun lebih kepada jaminan keberlanjutan dan keselamatan yang sangat penting.
Tanpa itu, industri ini berisiko besar kehilangan kontrol. Memang semua industri pasti memiliki resiko, namun upaya kita adalah memiminimalkan resiko tersebut.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Sarah M. Collins, Konsultan Keamanan dan Lingkungan, ‘Sertifikasi ISO bukan hanya tentang memenuhi standar, tetapi tentang mengadopsi pendekatan sistematis untuk mengelola dan mengurangi risiko di setiap aspek operasional.’
Inilah mengapa sertifikasi ISO menjadi sangat penting dalam industri minyak dan gas, di mana risiko besar selalu mengintai.
Berikut 5 Resiko Fatal yang Bisa Terjadi Jia Industri Minyak & Gas Beroperasi Tanpa Sertifikasi ISO
1. Resiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh industri minyak dan gas.
Tanpa standar internasional seperti ISO 45001, yang mengatur sistem manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja, risiko kecelakaan kerja akan semakin tinggi.
Dalam lingkungan yang dipenuhi dengan tekanan tinggi, bahan mudah terbakar, dan zat beracun, kecelakaan seperti ledakan, kebocoran gas, atau paparan zat berbahaya bisa terjadi kapan saja.
Sebagai contoh, pada tahun 2010, ledakan besar di tambang minyak BP di Teluk Meksiko menewaskan 11 pekerja dan merusak lingkungan secara luas. Insiden ini adalah pengingat keras akan pentingnya standar K3 yang tepat.
Selain itu, sebuah studi dari International Labour Organization (ILO) menyebutkan bahwa di sektor minyak dan gas, kecelakaan fatal terjadi setiap 1.000 pekerja dalam waktu 5 tahun.
Baca Juga : ISO 45001 dan SMK3, Manfaatnya Bagi Perusahaan
“Tanpa standar yang jelas, risiko ini akan semakin sulit dikendalikan,” kata John D. Miller, CEO Global Risk Management.
“Penerapan ISO 45001 dapat mencegah banyak insiden yang berpotensi fatal dengan menyediakan panduan yang jelas tentang prosedur keselamatan dan mitigasi risiko.”
2. Resiko Dampak Lingkungan
Dampak terhadap lingkungan menjadi ancaman serius yang tidak bisa diabaikan oleh industri minyak dan gas.
Tanpa sertifikasi ISO 14001, yang mengatur Sistem Manajemen Lingkungan, perusahaan berisiko besar untuk merusak lingkungan dan menghadapi sanksi hukum yang berat.
Pencemaran air, pencemaran udara, serta tumpahan minyak dan limbah berbahaya adalah beberapa contoh dampak yang bisa terjadi tanpa adanya prosedur yang jelas dan terstandarisasi.
Contoh nyata dapat dilihat pada tumpahan minyak Deepwater Horizon di Teluk Meksiko pada tahun 2010, yang menyebabkan kerusakan lingkungan yang parah dan biaya pemulihan mencapai miliaran dolar.
Tumpahan tersebut menghancurkan ekosistem laut dan berdampak pada kehidupan ribuan makhluk hidup. Jika standar seperti ISO 14001 diterapkan, banyak insiden seperti ini bisa dihindari atau dikurangi dampaknya.
“Lingkungan yang sehat adalah dasar bagi kelangsungan hidup kita semua, dan industri tidak dapat mengabaikan perannya dalam menjaga keseimbangan alam,”
“ISO 14001 adalah alat yang membantu perusahaan mengelola risiko lingkungan dengan cara yang lebih sistematis dan bertanggung jawab. Tanpa itu, dampak lingkungan bisa sangat besar dan berjangka panjang.” kata Dr. Emily Green, ahli lingkungan dan CEO EcoSolutions.
Bahkan menurut laporan dari Environmental Protection Agency (EPA), sektor minyak dan gas menyumbang sekitar 20% dari total emisi karbon global.
Tanpa pengelolaan yang tepat, perusahaan akan terus berkontribusi pada perubahan iklim yang semakin memperburuk kondisi bumi.
3. Kehilangan Kepercayaan Pelanggan
Bagi banyak perusahaan global dan pemerintah, sertifikasi ISO 9001 bukan sekadar pilihan, tetapi keharusan untuk memastikan kualitas dan kepatuhan terhadap standar internasional.
Tanpa sertifikasi ini, perusahaan berisiko kehilangan kepercayaan pelanggan dan mitra bisnis, yang bisa berujung pada kerugian yang signifikan dan berkelanjutan.
Sebagai contoh, pada tahun 2017, perusahaan otomotif besar seperti Toyota dan Volkswagen menangguhkan kontrak dengan beberapa pemasok yang gagal memenuhi standar ISO 9001.
Keputusan ini menyebabkan kerugian finansial besar bagi pemasok tersebut, bahkan beberapa di antaranya harus menutup operasionalnya setelah kehilangan kontrak jangka panjang.
Kasus ini menunjukkan betapa berbahayanya kehilangan kepercayaan dalam bisnis—apalagi di pasar yang semakin kompetitif.”
“Kepercayaan adalah aset yang tidak ternilai dalam dunia bisnis. Tanpa sertifikasi ISO 9001, perusahaan akan terus menghadapi kesulitan untuk mendapatkan akses ke pasar global,” kata David L. Brown, pakar manajemen kualitas dan CEO Global Business Consulting.
“Ini bukan hanya tentang memenuhi standar, tetapi tentang menunjukkan kepada dunia bahwa perusahaan mampu bersaing di tingkat internasional.”
Dampak jangka panjang dari kehilangan kepercayaan ini dapat lebih merugikan daripada yang terlihat di awal.
Sebuah penelitian dari McKinsey & Company menunjukkan bahwa perusahaan yang kehilangan reputasi di pasar internasional membutuhkan waktu lebih dari 5 tahun untuk mendapatkan kembali kepercayaan pelanggan dan mitra bisnis mereka, bahkan dengan upaya perbaikan yang besar.
4. Resiko Sanksi Hukum
Operasional perusahaan yang tidak sesuai dengan standar ISO sering kali melanggar regulasi nasional maupun internasional, yang dapat berujung pada denda besar, penghentian operasi, atau bahkan tuntutan hukum.
Tanpa penerapan standar seperti ISO 9001, ISO 14001, atau ISO 45001, perusahaan rentan terhadap kecelakaan kerja dan pencemaran lingkungan, yang berisiko mengancam keselamatan pekerja serta merusak reputasi perusahaan.”
“Misalnya, pada tahun 2015, sebuah kecelakaan fatal di sebuah pabrik kimia di Eropa yang mengakibatkan beberapa pekerja tewas, berujung pada tuntutan hukum terhadap perusahaan karena kegagalan mereka dalam mematuhi standar ISO 45001 tentang keselamatan kerja.
Perusahaan tersebut terpaksa membayar ganti rugi lebih dari $50 juta dan menghadapi kerugian reputasi yang tak terhitung.
Tanpa standar yang jelas, perusahaan tersebut tidak hanya melanggar aturan keselamatan, tetapi juga berisiko kehilangan izin operasional mereka.”
ISO 14001 pun tidak kalah penting, terutama bagi perusahaan yang beroperasi di sektor yang berisiko tinggi terhadap pencemaran.
Jika suatu perusahaan gagal mematuhi ISO 14001 dan terjadi tumpahan minyak atau pencemaran air, mereka bisa dikenakan sanksi hukum yang merugikan.
Dalam beberapa kasus, perusahaan yang gagal mengelola dampak lingkungan dapat dikenakan denda hingga miliaran dolar dan bahkan dikenakan tuntutan pidana.”
Sebagaimana yang dikatakan oleh Dr. Alan Moore, pakar kepatuhan regulasi dan hukum perusahaan, “Ketidakpatuhan terhadap standar ISO bukan hanya soal kerugian finansial, tetapi juga masalah keberlanjutan jangka panjang perusahaan. Perusahaan yang tidak mengadopsi ISO berisiko lebih besar terhadap tuntutan hukum yang bisa menghancurkan reputasi dan operasional mereka.'”
Tanpa standar yang jelas, resiko seperti tuntutan hukum akibat kecelakaan kerja atau pencemaran lingkungan tidak hanya merugikan secara finansial, tetapi juga bisa mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaan.
Oleh karena itu, penerapan ISO adalah langkah penting untuk melindungi perusahaan dari sanksi hukum yang merugikan.”
5. Resiko Korupsi dan Penyuapan
Industri pertambangan memiliki perputaran uang yang sangat besar, yang meningkatkan risiko penyuapan dan fraud (kecurangan). Tanpa sistem manajemen yang tepat, seperti yang diatur dalam ISO 37001 (Sistem Manajemen Anti-Penyuapan), perusahaan dapat terjerat dalam praktek penyuapan yang merugikan, baik dari sisi hukum maupun reputasi.
Tanpa adanya pedoman yang jelas dan prosedur yang terstandarisasi untuk mencegah penyuapan, perusahaan berisiko kehilangan integritas dan menghadapi tuntutan hukum yang merugikan.”
ISO 37001 dirancang untuk membantu perusahaan menerapkan kontrol yang ketat terhadap risiko penyuapan, dengan menetapkan kebijakan, prosedur, dan pelatihan untuk seluruh karyawan dan mitra.
Tanpa adanya standar ini, perusahaan berisiko tidak hanya kehilangan kontrak besar, tetapi juga menghadapi kerugian finansial besar, penurunan reputasi, serta tuntutan hukum yang dapat menghancurkan kelangsungan bisnis mereka.
Menurut laporan dari Transparency International, hampir 30% perusahaan di sektor pertambangan global pernah terlibat dalam kasus penyuapan.
Selain kerugian finansial yang dapat mencapai miliaran dolar, kasus-kasus ini juga seringkali mengarah pada kerusakan reputasi yang sangat sulit dipulihkan, yang bisa mempengaruhi hubungan bisnis jangka panjang.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Sarah Jenkins, pakar kepatuhan regulasi, “Ketidakadanya sistem anti-penyuapan yang terstandarisasi seperti ISO 37001 dalam industri pertambangan tidak hanya merugikan perusahaan dalam jangka pendek, tetapi juga mempengaruhi keberlanjutan operasional mereka di masa depan. Risiko hukum dan reputasi yang terlibat terlalu besar untuk diabaikan.”
Risiko yang timbul akibat tidak mengikuti standar ISO dapat berdampak besar pada keselamatan, lingkungan, dan reputasi perusahaan Anda.
Jangan biarkan perusahaan Anda terpapar risiko yang bisa dihindari. Itu dia artikel tentang “resiko apa yang terjadi jika perusahaan minyak dan gas tanpa sertifikasi ISO.”
Dapatkan sertifikasi ISO yang tepat untuk meningkatkan kualitas dan kepatuhan dengan PT. Multi Sertifikasi Indonesia.
Hubungi kami sekarang di WA 0811-2620-515 atau
email ke marketing@multisertifikasi.co.id untuk konsultasi lebih lanjut!