Call Us Today

0811-2610-514

7 Langkah Pengelolaan Limbah B3 Berdasarkan ISO 14001

7 Langkah Pengelolaan Limbah Berdasarkan ISO 14001

7 Langkah Pengelolaan Limbah Menurut ISO 14001, dalam artikel berikut akan diuraikan langkah dalam pengelolaan limbah, apa itu limbah dan studi kasus dari PT Phapros. 

Pengelolaan limbah adalah aspek penting dalam menjaga keberlanjutan dan kepatuhan lingkungan bagi banyak bisnis. ISO 14001, sebagai standar internasional untuk sistem manajemen lingkungan, memberikan panduan yang terstruktur dalam mengelola limbah secara efektif.

Apa itu limbah?

Menurut Undang-Undang (UU), limbah adalah sisa dari suatu usaha dan/atau kegiatan. Ini mencakup limbah domestik, industri, pertambangan, dan pertanian.

Limbah juga dapat dikategorikan berdasarkan sifat bahayanya, seperti limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) yang berpotensi mencemari dan/atau merusak lingkungan hidup.

Pengelolaan limbah adalah proses pengolahan limbah yang mencakup berbagai solusi untuk mendaur ulang barang-barang yang tidak tergolong limbah.

Proses ini dibutuhkan oleh setiap organisai dan pemilik bisnis di seluruh dunia. Pengelolaan limbah bertujuan untuk membuang produk dan zat yang telah digunakan dengan cara yang aman dan efisien.

Meskipun ISO 14001 tidak menentukan langkah-langkah spesifik dalam penanganan limbah, setiap perusahaan dapat menyesuaikan pendekatannya sesuai dengan kebutuhan mereka. Namun, ada beberapa langkah umum yang biasanya diterapkan dalam proses ini.

Artikel ini akan membahas tujuh langkah penting dalam pengelolaan limbah menurut ISO 14001, membantu perusahaan Anda untuk tidak hanya memenuhi regulasi lingkungan tetapi juga mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.

Dengan menerapkan langkah-langkah ini, Anda dapat meningkatkan efisiensi operasional dan menunjukkan komitmen terhadap tanggung jawab lingkungan.

7 Langkah Pengelolaan Limbah Menurut ISO 14001

Secara bagan dapat Anda lihat pada gambar berikut:

pengelolaan limbah

  1. Evaluasi Limbah Anda

    Untuk menangani limbah dengan baik, perusahaan harus terlebih dahulu menentukan apakah limbah tersebut berbahaya atau tidak, serta memastikan apakah penanganannya diatur oleh peraturan perundang-undangan.

    Langkah ini sering disebut klasifikasi atau kategorisasi limbah .

  2. Simpan Limbah Anda

    Tergantung pada jenis limbahnya, persyaratan fasilitas penyimpanannya akan berbeda-beda. Limbah bisa berbentuk padat atau cair, sehingga penting untuk menyimpannya sesuai dengan karakteristiknya.

    Limbah B3 harus disimpan dalam wadah kokoh, anti bocor, dan tetap tertutup ketika tidak menambah atau membuang limbah. Jenis limbah yang berbeda mungkin memerlukan jenis wadah penyimpanan yang berbeda pula.

    Wadah tersebut harus diberi label dengan tulisan “Limbah B3”, uraian isi yang jelas, dan tanggal pertama kali limbah tersebut dimasukkan ke dalam wadah.

    Kontainer harus disimpan pada permukaan kedap air dengan ruang lorong yang cukup untuk memungkinkan inspeksi kontainer mingguan.

    Persyaratan tambahan untuk penyimpanan luar ruangan meliputi:

    • Mengontrol akses ke kontainer

    • Melindungi wadah dari unsur-unsurnya

    • Menyimpan wadah limbah cair pada permukaan yang tertutup dan kedap air untuk mencegah kebocoran yang tidak disengaja

  3. Beri Label pada Limbah

    Limbah tidak berbahaya tidak harus diberi label khusus. Sebaliknya, pelabelan limbah berbahaya sering kali ditentukan oleh undang-undang.

    Di banyak negara, perusahaan harus mendapatkan izin untuk menghasilkan beberapa jenis limbah berbahaya. Label penandaan limbah berbahaya yang dikemas biasanya mencakup informasi berikut:

    • Peringatan: LIMBAH BERBAHAYA

    • Informasi tentang pemilik limbah yang mengemas limbah : nama, alamat, telepon, tanggal pengemasan, nama dan nama keluarga orang yang bertanggung jawab

    • Ciri-ciri fisik limbah: serbuk, padat, zat kental, pasta, lumpur, zat cair, zat gas
      pengelolaan limbah dan sampah

  4. Transportasi dan Pembuangan Limbah

    Perusahaan bertanggung jawab atas limbah berbahaya selamanya. Untuk memastikan limbah berbahaya diangkut dan dibuang dengan benar, pilihlah alat pengangkut yang memenuhi persyaratan berikut:

    • Memiliki nomor identifikasi limbah B3

    • Memiliki izin atau izin sebagai pengangkut limbah berbahaya

    • Telah memenuhi persyaratan pelatihan khusus

    • Mempertahankan asuransi pertanggungjawaban yang memadai

    • Membawa kredensial di dalam kendaraan

    • Mengangkut limbah ke fasilitas limbah berbahaya yang diizinkan

  5. Rencana Keadaan Darurat

    Penanganan limbah berbahaya membutuhkan rencana darurat untuk mengatasi situasi yang tidak diinginkan. Rencanakan keadaan darurat dengan cara berikut:

    • Jaga tumpahan dan peralatan tanggap darurat di area yang mudah dijangkau.

    • Latih karyawan tentang prosedur tanggap darurat yang sesuai untuk lokasi Anda.

    • Membuat sistem penanganan darurat jika terjadi hal yang tidak diinginkanperencanaan keadaan darurat

  6. Melatih Karyawan

    Melatih semua karyawan yang terlibat dalam penanganan, penyimpanan, atau pengelolaan limbah berbahaya adalah langkah penting untuk memastikan kepatuhan terhadap peraturan limbah berbahaya.

    Personel harus memahami bahaya setiap limbah, prosedur keselamatan yang sesuai, dan semua aspek kepatuhan. Pelatihan harus mencakup pengenalan tentang:

    • Tata cara dasar pengelolaan limbah

    • Risiko bagi manusia dan lingkungan

    • Tindakan pencegahan dalam pengelolaan limbah

    • Tanggung jawab dan wewenang

    Pelatihan ini harus dilakukan oleh para profesional yang berpengalaman dalam pembuatan rencana pengelolaan limbah.

  7. Dokumentasi

Tujuan pencatatan adalah untuk memberikan bukti bahwa limbah disimpan sesuai prosedur. Catatan yang biasa disimpan adalah catatan limbah yang dihasilkan menurut jenis dan jumlahnya, dan catatan limbah yang diserahkan ke organisasi yang berwenang.

Membuat strategi untuk meningkatkan kinerja

Dengan dukungan yang tepat, dan dari sudut pandang finansial, operasional, dan lingkungan hidup, strategi pengelolaan limbah yang efektif akan mampu membayar investasi waktu dan upaya yang Anda lakukan. Strategi yang tepat akan mencakup fleksibilitas untuk mengakomodasi perubahan undang-undang, bahan mentah, perbedaan harga, dan harapan pelanggan.

Anda akan dapat menunjukkan kepada pemangku kepentingan bahwa strategi pengelolaan limbah Anda akan:

– menghemat uang dengan mengurangi penggunaan material dan timbulan limbah

– memenuhi persyaratan kepatuhan terhadap semua undang-undang yang relevan

– tingkatkan pengelolaan bahan dan limbah Anda, dan penuhi persyaratan perawatan

Ketika strategi ini ditegakkan dan pengendalian operasional terhadap limbah sudah ada, maka perusahaan akan dapat memperoleh manfaatnya.

Baca Juga : Internal Auditor ISO 14001: Ini Dia Kompetensi Dasar yang Wajib Dimiliki

Jenis Industri yang Dominan Menghasilkan Limbah

Beberapa contoh perusahaan yang dominan menghasilkan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) meliputi:

  1. Industri Kimia:

    Dow Chemical Company: Menghasilkan berbagai bahan kimia yang digunakan dalam industri plastik, pertanian, dan produk konsumen. Produksi dan pengolahan bahan kimia ini sering menghasilkan limbah B3.

  2. Industri Farmasi:

    Pfizer Inc.: Sebagai salah satu produsen obat terbesar di dunia, proses produksi obat-obatan sering kali menghasilkan limbah kimia berbahaya dan bahan farmasi yang tidak terpakai.

  3. Industri Minyak dan Gas:

    ExxonMobil: Produksi, pemurnian, dan distribusi minyak dan gas menghasilkan berbagai limbah B3, termasuk lumpur pengeboran, air produksi, dan limbah pemurnian.

  4. Industri Otomotif:

    General Motors (GM): Produksi kendaraan melibatkan penggunaan berbagai bahan kimia dan logam berat, menghasilkan limbah B3 seperti cat, pelarut, dan limbah logam.

  5. Industri Elektronik:

    Samsung Electronics: Pembuatan perangkat elektronik seperti ponsel, komputer, dan TV menghasilkan limbah B3 termasuk baterai, papan sirkuit, dan bahan kimia pembersih.

  6. Industri Tekstil:

    Inditex (Zara): Proses pencelupan dan penyelesaian kain menggunakan berbagai bahan kimia yang menghasilkan limbah B3.

    Perusahaan-perusahaan ini harus mengikuti regulasi ketat dalam pengelolaan dan pembuangan limbah B3 untuk meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan manusia.

Studi Kasus Penanganan Limbah B3 dan Non B3 PT Phapros Indonesia

Dilansir dari website Phapros, mari kita simak studi kasus penanganan limbah yang dilakukan PT Phapros.

Perusahaan ini memiliki komitmen yang kuat dalam melaksanan program pengurangan limbag B3 dan Non B3.

Sebagai salah satu perusahaan farmasi yang besar di Indonesia, Phapros merupakan perusahaan yang menghasilkan limbah dalam bisnis prosesnya.

Upaya yang ditempuh mencakup membentuk tim khusus, perencanaan, pembentukan program dan anggaran, pelaporan pelaksanaan, evaluasi hingga inovasi yang selalu berkembang untuk penanganan limbah B3.

Kebijakan yang ditetapkan adalah Phapros berkomitmen memiliki target penurunan limbah B3 sebesar 4% per tahun.

Hasilnya pada tahun 2023, perusahaan berhasil mencapai angka pengurangan limbah sebesar 4,83 % dibandingkan dengan total timbunan limbah B3.

Sedangkan limbah Non B3, target 3R (Reduce, Reuse, Recycle) dengan target sebesar 3% per tahun tercapai pada angka 65.79% per tahun.

Beberapa program pengurangan limbah B3 yang telah diimplementasikan PT Phapros Tbk antara lain:

1. Penggantian botol sirup kaca menjadi botol cipro, yang mengurangi limbah kemasan bekas B3

2. Peningkatan produktivitas produk dextamine melalui integrasi proses deduster, yang mengurangi afkir produk

3. Penggunaan kembali endotoksin glass dan tip steril untuk mengurangi limbah kemasan bekas B3

4. Penggantian lampu TL( fluorescent) menjadi lampu LED, yang mengurangi jumlah limbah B3 dari lampu TL bekas

Kesimpulannya, pengelolaan limbah yang efektif adalah kunci untuk menjaga keberlanjutan lingkungan dan kepatuhan terhadap peraturan yang ketat.

Melalui tujuh langkah penanganan limbah—evaluasi, penyimpanan, pelabelan, transportasi dan pembuangan, rencana keadaan darurat, pelatihan personel, dan pencatatan—perusahaan dapat memastikan bahwa limbah diolah dengan aman dan efisien.

Studi kasus PT Phapros Tbk menunjukkan komitmen nyata dalam mengurangi limbah B3 dan Non B3, melalui berbagai program inovatif dan strategi pengelolaan yang terencana.

Dengan pendekatan yang sistematis dan didukung oleh pelatihan serta dokumentasi yang baik, perusahaan tidak hanya mematuhi regulasi tetapi juga menunjukkan tanggung jawab lingkungan yang dapat meningkatkan reputasi dan kepercayaan pemangku kepentingan.

Upaya ini menunjukkan bahwa dengan strategi yang tepat, pengelolaan limbah tidak hanya bermanfaat bagi lingkungan tetapi juga memberikan nilai tambah bagi perusahaan.

Demikian artikel : 7 Langkah Pengelolaan Limbah Berdasarkan ISO 14001, semoga bermanfaat.

sertifikasi iso

Chat Whatsapp
1
💬 Butuh bantuan?
Marketing Support
Halo, Apa yang bisa kami bantu?